Blog Remaja Kumpulan Kata-Kata Ucapan Motivasi Kerja, Mutiara Cinta, Cerpen, Puisi, Tips Trik, Zodiak, Ramalan Bintang, Horoskop, Status FB dan Twitter

CERPEN CERITA CINTA Motivasi Remaja - Rara dan Ketulusan Cinta

Cerpen Cerita Cinta Motivasi Remaja terbaru - Cinta itu dari dalam hati dan penuh ketulusan. Tidak memandang materi atau kekayaan. Janganlah menilai seseorang berdasarkan kondisinya sekarang. Kita tidak tahu bagaimana nasib seseorang di masa mendatang. Yang terlahir sebagai orang kaya belum tentu nantinya akan sesukses orang tuanya. Dan yang terlahir miskin tidak akan selamanya berada di posisi sekarang. Mudah-mudahan sobat Blog Remaja tidak dibutakan oleh materi ya dan bisa mendapatkan jodoh yang baik, memiliki cinta yang tulus dan bertanggung jawab. Jangan lupa untuk membaca Cerita Cinta Mengharukan Kisah Remaja Terbaru posting sebelumnya.
Foto Cerita Cinta Motivasi Remaja Cerpen Terbaru Tulus Suci

“Hebat…masih muda tapi sudah kaya,” begitu kata Mama ketika ia melihat Candra yang mendatangiku dengan membawa Mercy entah kelas apa, dan Mama demikian mengagumi Candra.

“Jadi definisi hebat Mama begitu ya, kalau sudah ada yang bawa mobil Mercy, berduit, lantas dia jadi hebat di mata Mama”...Aku menjawab dengan sedikit sindiran, Mama memang sedikit materialistis, apalagi semenjak Papa pensiun dari pekerjaannya. Mama sangat cemas dengan masa depanku apabila dipersunting oleh lelaki tak berstatus.

“Hello tante, lama gak jumpa…” Candra bersalaman sembari melirik ke arahku dengan lagak lelaki paling dipuja seluruh wanita..

“Hai Rara, kamu makin cantik aja…oh ya, buat yang perempuan secantik kamu, aku tak sembarangan memberi hadiah…” Ia menyerahkan padaku sebuah bingkisan kecil, ku yakin isinya adalah cincin berlian yang memang sudah dijanjikannya ketika ia masih di Swiss. Aku tak kaget, karena cincin ini bukan yang pertama, sudah belasan jumlahnya di kamar, tak satupun kusuka, mungkin kalau semua kugunakan, cukup untuk menghias setiap jari di tubuh mulai dari tangan hingga kaki.

“Oh…terima kasih..” aku menjawab datar, karena mesti bagaimana lagi..
Sebentar berbasa-basi kemudian Mama mempersilahkan Candra masuk ke dalam ruang tamu kami, Candra hanya senyum-senyum, barangkali ia berpikir telah menaklukkan Mama…huh, mungkin iya, tapi hati ku tidak!! dan tak akan!
Aku masih cinta pada lelaki sederhana dalam ketiadaannya, dan ketulusannya menyayangi aku.
****

Oke, di sinilah aku sekarang, duduk di dalam mobil dan mendengarkan cerita bergelimang harta oleh Candra. “Sayang, kemarin Papa habis dari Vietnam, kamu tahu gak, saking Papa kaget ngeliat gajah Vietnam yang bisa masuk kota, papah kepengen beli tuh gajah buat di awetin, trus dipajang di ruang tamu rumah, hahahaha…” Candra benar-benar garing, aku hanya tak mau mengecewakan Mama hingga aku harus jalan dengannya. Belum lagi cerita yang selalu diulang-ulang mengenai silsilah keluarganya yang merupakan keturunan Raja di Magelang dan kedekatan Ayahnya dengan para pejabat.

Aku bosan dan sedikitpun tidak mau menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dan satu lagi, perlu juga aku jelaskan bahwa aku bukan pacarnya, dan omongan sayang yang ia ucapkan telah berkali-kali kuprotes dan tetap tak diubah olehnya, hingga akhirnya aku lelah dan merelakan ia panggil begitu.

Jujur, aku masih tak bisa melupakan lelaki paling biasa namun mengajarkanku banyak hal mengenai hidup, aku mencintai dia..tulus.

****

Sudah pukul 10 malam saat mobil bergerak menuju belokan dekat rumahku dan di teras kulihat dia…
“Apaaa..Mama tidak mempersilahkan ia masuk sama sekali??” aku kaget dan bergumam cukup kencang di mobil karena tidak tega melihat ia berteman dengan nyamuk di teras redup kami, dan tak segelas air pun tersaji.
Seketika aku turun dari mobil dan menghampirinya…

“Jay…maaf, kamu kok enggak masuk?” aku bertanya dengan rasa bersalah yang mendalam, Jay ku…ia tak disenangi mama hanya karena ia orang biasa tanpa silsilah keluarga, belum lagi harta yang tak ia punya.

“Engga apa-apa…aku sebenarnya ingin ngobrol dengan mama dan papa kamu”…kulihat tangannya menggigil, ia pasti sudah menunggu di luar teras cukup lama.
Candra si sok kaya malah mencemooh “Mas, sepedanya boleh digeser ga? Bukannya saya ga mau nabrak, tapi saya ga mau mobil saya lecet”…sindiran paling tajam dan paling menyakitkan yang pernah kudengar, ingin menangis hati ini melihat Jay dengan tenang menggeser sepedanya dan menunjukkan kesabaran…

Aku bersumpah demi Tuhan, tak akan menikahi lelaki moral tumpul macam Candra…
emosi ku tak tertahan juga akhirnya.
“MAMA…tega sekali Jay engga disuruh masuk dari tadi…kenapa sih Ma?” aku sambil mengetuk pintu dan berteriak melawan. Telah habis kesabaranku...
“Biarin saja dia di luar..ga pantes orang kampung diterima sama Tante Indri…” kalimat yang ‘manis’ dari Candra si orang kaya nan miskin moral.
“Mama cape, kamu suruh aja Jay pulang…” Mama kemudian menyahut dengan malas-malasan.

”Maaf tante, saya cuma sebentar..” Jay menjawab dengan pelan…
Aku ingin berteriak lebih kencang…”Ma…”
Namun terputus ketika terdengar suara dari dalam rumah yang sedang membuka pintu…
“silahkan nak Jay”…Papa kemudian mempersilahkan Jay masuk, aku kaget sekali, tak biasanya Papa memperlakukan orang-orang terdekatku dengan seperti itu, Papa lebih banyak diam ketiimbang memberi komentar mengenai hubungan pribadiku, tidak seperti mama.

Lantas Jay masuk serta Candra duduk bersebelahan dengan Papa. Papa memang mengenalnya, namun sebatas itu saja, tak lebih… dan kalau aksi sok dekat yang Candra lakukan pada Papa, tentu itu improvisasinya…

“Apa yang perlu dibicarakan nak Jay…” papa bernada tenang.
“Aku ingin menikahi Rara pak..” Jay menjawab dengan sedikit kegugupan..
“HAHAHA…om, jangan-jangan dia habis mabok atau kesambet setan waktu pake sepeda ke sini. yang pasti tidak mungkin om..” Candra menjawab dengan lantang dan angkuh.

Lantas Papa menjawab “Aku yang harusnya menjawab, bukan kamu. Karena bukan kamu yang membesarkannya”. Jawaban itu sungguh dalam dan raut muka Candra berubah semerah-merahnya menahan malu dan marah, karena mungkin ia baru kali ini direndahkan seperti itu.

“Mengapa kamu mengatakannya sekarang?” Papa bertanya dalam kapasitasnya sebagai seorang ayah. Aku bingung, senang, sedih bercampur menjadi satu. Senang karena lelaki penyabar itu akhirnya benar ingin menikahiku, setelah 5 tahun hubungan kami tanpa disetujui mama, dan belasan lelaki kaya yang dikenalkan mama padaku. Namun ia lewati semua itu dengan penuh sabar. Dia lelaki sesungguhnya untukku.

Ketika otakku sedang melayang, kembali kupusatkan konsentrasiku pada pembicaraan mereka: “Yang pertama karena aku mencintai Rara, yang kedua karena aku yakin tak akan ada lelaki yang jauh lebih baik mendampinginya daripada aku, yang ketiga karena dia dan hanya dia yang bisa mengisi hari-hariku…” jawaban itu diberikan Jay tanpa keraguan sedikitpun.

“Aku bisa memberikan lebih dan aku bisa membuat om dan keluarga kaya raya…” dan Candra akhirnya berbicara… kemudian papa melihat Candra cukup lama…lantas berkata: “Keluarga ku lebih berharga dari harta, dan tak akan pernah pula tergadai karena harta…” itulah jawaban yang membuat Candra pergi.

Di dalam kamar terdengar suara Mama: “Pokoknya mama engga setuju Rara nikah dengan Jay, dia itu enggak punya apa-apa.. Mau ngasih makan apa nanti buat anak cucu kita pa?? Papa sadar donk…”

Jay hanya menunduk seolah malu dengan kondisi diri dan keluarganya yang miskin, aku sedih sekali mendengar ucapan mama. Mama belakangan selalu mengecewakan, sejak Papa pensiun dan penghasilan keluarga kami menurun drastis.

“Ma..lantas kita akan menjual anak kita demi harta, begitu maksud mama??” Papa berteriak kencang sekali hingga mama hanya bisa diam. Papa tidak pernah semarah itu sebelumnya. Dan mama....tak sanggup lagi melawan omongan sang kepala rumah tangga…

“Karena aku Bapaknya dan karena kamu tulus mencintai anakku, silahkan nikahi dia..” Papa akhirnya menjawab, aku menangis terharu karena setelah sekian lama, akhirnya hubungan kami benar-benar direstui. Dan ternyata papa benar-benar mengerti siapa lelaki yang tepat untukku.

“Oh ya, satu hal lagi pak… Kalau bapak tidak keberatan, aku ingin menikahi Rara 4 bulan lagi, karena terhitung Maret aku akan melanjutkan beasiswa sekolah ke Australia dan aku ingin mengajak Rara ikut serta…”

“Silahkan..” jawab Papa, dan kini ia semakin yakin bahwa pilihannya tepat.

Penulis: Valico

*****

Luar biasa ya Cerita Pendek Cerpen Cinta Motivasi Remaja di atas. Salut sama orang tua yang tidak memandang materi atau kekayaan dan menghargai ketulusan cinta anaknya. If you believe ... Love will find the way...

No comments:

Post a Comment